Hari ini instagram saya dipenuhi dengan foto berbagai kelompok SINERGI, apa itu sinergi? | Sinergi adalah salah satu tugas 4 matakuliah yaitu Metodologi Penelitian, Konversi Energi, Kewirausahaan Berbasis Teknologi dan Teknik Kehandalan.| Kebayangkan bagaimana tugas ini?
Karena semuanya meng-upload di social media dengan berbagai macam captionnya. Saya sedari awal berniat ingin mengabadikan tugas ini disini. Melalui tulisan ini saya akan menceritakan apa yang saya rasakan dari tugas ini 🙂
Sebelumnya, saya pernah mengepost di blog saya http://lisafitasari.blogspot.com mengenai tugas Optika, Elektromagnetika, Pengolahan Sinyal dan Biofisika. Kali ini saya akan memberikan testimoni dan cuarahan hati tentunya mengenai tugas yang special ini 🙂
Bagi saya, tugas ini adalah sebuah ajang untuk mengasah pemikiran menemukan ide dari hasil kuliah selama 7 semester untuk Indonesia. Ya, Indonesia.
Karena kami mahasiswa Teknik, bidang kami adalah rekayasa. Maka kami mencoba untuk memberikan segala hal yang kami fahami, segala hal mengenai mata kuliah dari semester 1 sampai semester 7. Tugas ini tidak ringan, selain harus menyatukan 30an kepala dari dua angkatan yang berbeda dan dari berbagai latar belakang serta pengalaman yang berbeda. Jelas ini sebuah tantangan tersendiri. Saya tidak ingin memutar kembali, karena bagi saya semuanya sudah tersimpan manis dan terbungkus rapi dalam jiwa saya 🙂
Bagi saya, semua tugas memiliki esensi masing-masing. Termasuk tugas ini, jujur saya tidak menduga dengan adanya penutupan dari Bapak Susetyo Hario Putro dan Bapak Rachmawan Budiarto, sebenarnya masih ada satu dosen lagi yaitu Bapak Haryono atau HBS (yang wifinya sering saya jarah kalau mampir ke ruangan sebelah wkwkwk *maaf ya pak, sekarang sudah tidak akan saya jarah lagi karena sudah punya router sendiri ehe*) namun beliau tidak bisa menemani sampai akhir presentasi. Penutupan kali ini ditutup dengan quote dari pak Sus
… Bahwa kita punya janji, janji untuk Indonesia…
Kemudian diputarkan lagu Indonesia Pusaka (https://www.youtube.com/watch?v=jl81dF6PpqU), sebetulnya untuk lagu satu ini saya merasa masih standar, bukan berarti meremehkan, saya merasa masih biasa saja seperti mendengarkan lagu nasional lainnya di kala menemani teman-teman GMCO tampil di wisuda. Tetapi yang membuat saya benar-benar meneteskan air mata adalah lagu Hymne Gadjah Mada (https://www.youtube.com/watch?v=IqUV9C4tf9A). Sontak, semua mahasiswa berdiri dan menyanyikan lagu dengan penuh kekhusyukan dan tidak sedikit yang meneteskan air mata (termasuk saya). Bagi saya pribadi lirik Hymne Gadjah Mada ini sangat dalam. Mengingatkan saya mengenai tujuan saya hidup ini untuk apa.
Dulu, ketika MABA saya merasa hymne ini biasa saja, sama seperti Mars dikala SMA. Tapi rasa itu berubah, berubah semenjak saya merasakan berbagai tempaan di UGM ini. Membuat saya kembali memikirkan mimpi-mimpi yang saya goreskan di dinding kamar saya, untuk dikoreksi ulang. Sudahkah saya mencantumkan Indonesia disana? Sudahkah saya memikirkan rakyat yang nasibnya tidak seberuntung saya? Sudahkan saya memikirkan orang disekitar saya yang mungkin belum sempat merasakan indahnya belajar di UGM?
Hal ini, jelas membuat saya meneteskan air mata. Bahkan saya merasa tidak kuat menyanyikan bait kedua karena air mata cukup banyak membanjiri muka saya. Tetapi, bagi saya air mata itu hanya akan sia-sia kalau saya masih egois memikirkan mimpi saya sendiri tanpa menengok bangsa ini. Egoislah saya, yang masih menaruh mimpi mengemban pendidikan di UGM ini namun dengan santainya saya hanya bermimpi kecil. Mimpi saya harus besar dan tajam. Besar mencakup setiap elemen bangsa ini, tajam memahami setiap segi kehidupan bangsa ini. Memahami apa yang benar-benar dibutuhkan bangsa ini. Bukan menuruti kemauan saya bekerja dengan gaji yang besar dan menikmatinya untuk keluarga saya sendiri. Terlalu egois dan menyisakan kenihilan dalam hal kebermanfaatan hidup.
Mudahnya, sayapun juga mau setiap orang di bangsa ini bisa makan. Sesederhana misi seorang Yansen Kamto yang coba saya terapkan pula. Saya pun juga ingin, bangsa ini bisa makan. Sederhana bukan? hanya makan.
Tapi mungkin, tidak setiap orang mampu memahami bahwa banyak dari bangsa ini yang tidak bisa makan.
Saya tidak akan serta merta memberikan makan, dan selesai. Saya juga tidak menginginkan itu. Semuanya harus berkembang, dan bukan dengan uanglah mereka belajar (mungkin saya dan pembaca juga). Haruslah berkarya. Sekecil apapun karya yang bisa diberikan untuk bangsa ini adalah sesuatu yang sangat berharga. Seperti misalnya pada tugas SINERGI ini, banyak hal yang menurut saya adalah sebuah ide yang cemerlang. Ide yang patut untuk direalisasikan, ide yang telah mengalami analisis mendalam. Sebuah ide yang bukan hanya omong kosong. Dan bukanlah sebuah ide yang hanya keren-kerenan saja tanpa menyelesaikan MASALAH (sanggah saya jika ada kelompok yang tidak memberikan solusi pada permasalahan yang terjadi di bangsa ini).
Kemudian tulisan ini saya tutup dengan segala rasa syukur kepada sang pencipta. Bersyukur saya masih memiliki kehidupan yang beruntung seperti kuliah di UGM ini. Bersyukur saya masih disadarkan untuk selalu mengoreksi ulang mimpi-mimpi di tembok harapan itu. Bersyukur selalu diingatkan dengan cara yang paling indah, untuk selalu mengingat bangsa ini. Bukan hanya duduk diam dan menerima kodrat kewanitaan saya. Karena bangsa ini sudah bukan lagi tempat wanita yang hanya diam dan tidak berkarya. Karena bangsa ini membutuhkan kontribusi nyata dari pemudanya. Saya bersyukur, alhamdulillah 🙂
Alhamdulillah, semoga tali persaudaraan senantiasa melekat ??