Pengalaman jadi LO AC21-IGS 2017

Yaps, as you know gaes. Last week, aku disibukkan dengan dunia per-LO-an. Berawal dari tawaran bu Tami buat ngebantuin KUI/OIA UGM (Kantor Urusan Internasional). Acara ini ternyata gak cuman berurusan dengan participants aja tapi juga STC member which is isinya ada vice-president dan ada juga chancellor dari berbagai universitas member IGS.

 

Tema kali ini “Community and Indigenous-based Technology for Sustainable Development Towards Resilient Society”.

 

Dimulai dari hari pertama (10 Juli 2017) penjemputan menggunakan baju formal karna mau ketemu sama chancellor coy. Aku kebagian Prof Nancy dari University of Adelaide. So you know lah ya, logat mereka kan kayak diseret-seret jadi aku harus bener2 merhatiin setiap detail yang mereka omongin untuk ngerti maksud merek :”) pengalaman di hari pertama ini deg-deg an banget karna ternyata kita early to come to STC meeting so aku harus menjelaskan bahwa other STC members still on their way to come here. Awalnya di hari pertama ini, menurutku masih banyak yang berantakan dan masih banyak yang belum disiapin. Like, too much a time to wait for, jadi banyak yang nanya sebenernya dimulai jam berapa dan bla-bla-bla-bla. Padahal sebenernya lebih karena kita jemputnya kecepetan ajasih :”)

 

Okey, move on ke hari-hari selanjutnya. Di hari kedua yang officially hari pertama buat participants yaitu opening ceremony. Di hari pertama (11 Juli 2017) ini everybody amazed with traditional dance especially Saman Aceh. Maybe this is their first time to see a group dance like Saman Aceh, and like usual we take a pictures with the dancers, and everybody happy 🙂

 

Di hari itu juga siangnya before opening ceremony, aku harus mengantar beberapa delegasi dari Northeastern University, China. Karena only one yang lancar inggrisnya yaitu Ji Xiaoming so aku harus ngobrol sama dia. Dia semacam intepreter gitu lah.

 

Next 12 Juli 2017, dimana baru dimulai lecture sebenarnya. Kita pergi ke PIAT (Pusat Inovasi Agro Teknologi). Kita disana dapet lecture dari Prof Matsumoto dari Nagoya University, Japan tentang greenhouse technology. I like it personally, karna dia ngasih tau penelitian-penelitian apa aja yang dia lakukan untuk mendukung terciptanya green house. After Matsumoto’s lecture, aku harus mengantar delegasi dari Nagoya ini balik ke hotel dan split jadi dua mobil karna ada Kaoru dkk yang mau ke malioboro to buy something. Pas dikasih tau harus nganter ini deg-degan gila. Karna gosipnya mereka sangat kaku sama waktu dan harus literally hormat 90 derajat :”) but at the end mereka sangat baik, dan yang aku suka aku gak perlu effort lebih untuk menjelaskan dalam bahasa inggris karna inggris mereka cukup well :”) except Prof Watanabe yang kebetulan harus diantar ke airport juga walaupun dia bobok di mobil karna pas diajak ngobrol dia masih kaku inggrisnya :”)

 

Overall, for STC member. Memang gak semuanya jago inggris and me too. But, okelah yaaa, mereka semua so baik, I like it :”)

 

Back to PIAT, after lecture, kita ngasih makan rusa huwaaaaw, ngeliat kandang sapi, kebun buah naga, pohon cabe (dan mereka amazed karna cabenya banyak jenisnya), ngeliat anggrek dicangkok, dan banyak lagi. Satu hal yang kasihan adalah mereka kegigit nyamuk walaupun udah pakai lotion. Diakhiri dinner di Cupuwatu sekaligus ngeliat Sunset. Yaa you know lah mereka suka ngeliat sunset :”)

 

Next day 13 Juli 2017, kita da lecture lagi dari Technische Universität Chemnitz. Sebenernya ini lebih ke ngiklan sih tapi yaudahlah yaaa. Lecture kedua dari Prof Irfan yang namanya sangat terkenal saat jaman KKN. As usual, beliau ngasih lecture tentang community service and everybody amazed and myself too. Para participant amazed karna semua mahasiswa wajib dengan dibebankan 3 SKS dan menurut mereka ini bagus untuk dicontoh universitas dan negara lain. I agree with that. Aku sendiri sampe merinding pas diceritain prof Irfan tentang semua hal yang sudah dikerjakan. And then kita berkunjung ke tempat-tempat itu yaitu tempat pembuatan coklat dan ngerasain coklat with no sugar and with peanut. In the middle of that, ada yang penasaran sama degan. Mereka adalah Popi from Northeastern dan Aviwe from South Africa. Untung bapak yang jual baik banget dipenekke dulu pohon kelapanya :”) yaa as you know, they like coconut. Sebagai tambahan pas luch kita dikasih tempe dan smeua kayak kagum sama tempe, ya Allaaaah wqwqwqwq bahagia itu sederhana makan sop seger dan tempe goreng.

 

Ditutup dengan dinner di Rama dan Shinta Resto, serta nonton Ramayana Ballet outdoor. Dan puncak amazing moment adalah saat Hanoman diobong. I ngerasa terbantu dengan adanya english text pada setiap adegan so kita Lo gak perlu ngejelasin bersusah payah karna mereka bisa baca english text nya. And everybody happy 🙂

 

The next day, lecture mengenai traditional medicine dan kita pergi ke Merapi Farma Herbal. Membuat extract jahe, ngeliat proses pengeringan jahe serta nyobain beberapa jamu 🙂 I think, everybody very curious about many things, so kita-kita harus nanya ke petugas di merapi herbal farma kemudian menjelaskan dalam bahasa inggris so semuanya bisa ngerti. Closing with dinner di Raminten 🙂

 

Last Day, excursion to Borobudur temple. Di hari ini, kita semua udah bonding dengan well. Di bagian ini aku mau cerita beberapa temen yang aku dapet dari acara ini.

 

First, Cao Meng Meng. She is very humble and girly. She likes talk a silly things about boy and who the most handsome boy is. In addition, she is so kind and friendly to talk to. We walk around Malioboro street to try Wedang Ronde and klepon. She likes both of that. Here is MingMing, thanks for your gifts, I like it so much.

Another one is Yuam Bian called Nina. A close friend of Meng Meng too. She is too cute to be a girl, with her little short body hahaha. Kalo kata Maya mirip artis korea here is us.

And as usual, dari semua participants yang paling banyak fans nya adalah Kanji from Nagoya University. Karna dia bisa main saxophone wqwqwq. Dan dia selalu ngomong mengantuk after lecture and “modus” yang kita harus bersusah payah ngejelasin artinya kedia wqwqwq

But for me, my favourite boy participant is Han Han. He comes from Tongji University, he knows korean artist as well like Lee Min Ho wqwqwq absurd but He is so smart, He study electrical engineering. He talk much about public transportation for Jogja that have to established by local government. He will come to japan for another summer course after 2 weeks.

Apakah hanya mereka yang menginspirasiku, No. Masih banyak dari mereka yang sangat well. Overall aku suka menjadi bagian dari AC21 International Graduate School 2017.

 

Kalian pernah gak sih ngerasa bersalah sama diri kalian sendiri even kesalahan itu gak kalian inginkan. Gue mau sedikit bercerita, gak untuk kenapa kenapa apa gimana gimana. Toh ini juga personal website gue….

Hari ini hati gue hancur sejadi-jadinya, gue gaktau tiba-tiba kakak gue embak gue satu2nya ngirim pesan ke gue panjang lebar dan beruntut. Pesan itu berisikan amarah dia yang selama ini terpendam sebagai anak sulung. Embak gue yang sangat gue hormati dengan sikap sabar walaupun kadang childish. Dia bilang ke gue, yang intinya kurang sabar apa dia sama ketidakadilan yang ibuk gue lakukan ke dia yang disebabkan karena ibuk gue lebih sayang ke gue. Dia mempertanyakan seberapa jauh lagi dia harus bersabar lagi untuk ngadepin semua keinginan ibuk gue yang menuntut dia untuk enggak pergi jauh2 mengejar karir yang dia pengen.

Dia ngeluh bahwa sedari kecil dia gak pernah marah karna apa yang dia minta gak pernah diturutin sama ibuk gue. Sebagai contoh, sewajarnya anak SMA yang mau UN kakak gue minta untuk les. Tapi ibuk gue gak ngasih ijin. Dan ketika nilai UN keluar yah as you know lah, nilai UN kakak gue gak memuaskan. Dan sayangnya, ibuk gue gengsi dengan temen-temennya (yang menurut gue sendiri lingkaran pertemanan ibuk gue jaman itu emang gak sehat, terlalu banyak nuntut anak ini itu, tapi nggak menghargai proses) karna gengsi inilah ibuk gue harus berbohong kalo kakak gue gak mau dilesin. Ketika jaman gue yang UN gue emang gak minta les buat UN gue minta les buat masuk perguruan tinggi dan itu diiyain sampe ibuk gue ngebelain gue mati2an buat ngejar mimpi gue buat kuliah di suatu universitas diseberang sana.

Gak cuman itu kakak gue juga mengeluhkan tentang sikap gue yang sempet marahin dia beberapa bulan lalu karna skripsi dia mangkrak gatau kabarnya gimana sementara dia harusnya udah lulus tahun lalu. Dia ngeluh kenapa semua orang di rumah marahin dia, kenapa semua orang seolah2 ngatain dia bodoh (tapi dengan rendah hatinya dia bilang “emang aku bodoh”). Dan masih banyak amarah2 dia yang selama ini dia pendam karna dia (menurut gue) dia merasa belum bisa ngebahagiain ibuk bapak, so dia memilih untuk diam dan melarikan diri dengan terjun ke dunia yang bisa menghabiskan waktunya tanpa harus memikirkan segala tuntutan yang dilayangkan kepada dia.

Gue tau dia lagi kalut dengan segala tuntutan hidup yang terjadi di keluarga gue. Gue tau dia nangis di seberang sana tanpa dia ngomong ke gue kalo dia lagi nangis. Dan as you know… gue pun juga nangis menulis ini. Dia kakak gue yang sedari kecil selalu ngalah sama gue gak pernah sekalipun dia gak sayang sama gue. Tiba2 dia melontarkan semua yang ada dipikiran dia karna dia udah gatau lagi mau ngapain. Dan gue disini adek yang gabisa ngapa2in ini gue cuman bisa nangis dan menyalahkan diri gue sendiri.

Gue yang sedari kecil minta ini itu selalu diturutin. Gue yang sedari kecil masalah pendidikan selalu difasilitasin. Gue yang gak pernah ngerasain sesusah kakak gue. But see? Hasilnya???? Gue gak bisa belain kakak gue sendiri…

Gak pernah dalam hati gue, untuk sengaja ngebiarin kakak gue sebegininya sakit hati sama gue. Padahal dia kakak gue satu2nya yang ngajarin gue buat berbakti sama ibuk gue. Buat gak pernah menolak apapun yang ibuk gue minta. Sosok ini hari ini dia begitu kalut dan gue gabisa jawab satu patahpun pesan dia…

Apakah gue mau dianggap kayak gini? Enggak sama sekali…
Apakah gue mau keluarga gue jadi begini.. enggak sama sekali.
Gue gak pernah mau jadi anak sulung yang dimanja gue gak pernah mau dispesialkan di keluarga gue. Gue bukan tipically anak rumahan manja yang semuanya mau serba ada… gue gak suka yang kayak gitu. Please!!!!

So… ujung dari tulisan ini adalah buat lo semua yang ngerasa anak bungsu kayak gue yang selalu dapet fasilitas lebih dari ortu lo. Mungkin lo harus berfikir lagi untuk enggak menerima begitu saja dan mulai memikirkan apa yang bisa lo bagi buat sodara lo. Even mungkin lo tumbuh di lingkungan yang berbeda dengan sodara lo. Lo mungkin yang superior harus mencoba memahami dan mengerti apa yang seharusnya lo lakukan dan apa yang seharusnya enggak lo lakukan.

Gue bercerita disini bukan untuk meminta belas kasihan, mungkin secuil dari kalian yang memiliki nasib sama kayak gue bisa bersikap lebih bijak even lo masih kecil dan dini untuk memahami tulisan gue ini…
Sekian

Ps: sorry banyak gue disini karna ketika keadaan yang gak sesuai sama yang aku harapkan maka kata2 gue lebih mewakili perasaanku yang paling dalam

Semua Perjalanan itu Memiliki Lelah

Saya menuliskan ini ditengah menyelesaikan segala tuntutan akademik yang tak kunjung usai sementara banyak tekanan kanan-kiri. Saya akui semakin bertambah usia (bukan bermaksud sok tua), makin kerasa tanggung jawab sama diri sendiri makin banyak dan berat.

 

Salah satu hal yang masih menjadi momok untuk saya pribadi adalah skripsi. Saya percaya semua perjalanan itu memiliki lelah, termasuk skripsi dan segala tetek bengeknya. Minggu ini sudah banyak teman-teman saya yang sidang, sementara jadwal sidang saya terpaksa tertunda karena masih harus ujian kompre.

 

Saya menuliskan ini ditengah kebosanan saya belajar materi ujian kompre, rasanya sudah mulai pasrah sama yang Allah kasih, hampir terasa menyerah karena lelah. Beberapa kali mencari motivasi dengan melihat orang-orang sekitar. Saya percaya bahwa semua orang punya ujian hidupnya masing-masing, gak ada hak kita untuk menuntut Allah menjadikan kita seperti mereka. Yang ada hanya seberapa besar usaha kita memperbaiki nasib kita sendiri. Allah gak pernah menjanjikan untuk mengubah nasib makhluknya kalau kita gak berusaha.

 

Tulisan ini juga menjadi penyemangat saya sendiri, bahwa dikemudian hari ketika saya membaca ini kembali, saya mengingat momen terberat (mungkin) yang pernah berhasil saya lewati. Saya percaya semua usaha itu juga memiliki lelah. Yang terpenting adalah tidak pernah menyerah. Semoga saya kuat aamiin.

Nikmati Prosesnya

Saat ini saya sedang merasakan benar-benar ‘digarap’ sama Allah. Saya ditempatkan di titik terendah yang pernah saya rasakan, setelah luka lama baru saja sembuh dan bekasnya sudah terlupakan. Kini, Allah begitu sayang sama saya dan keluarga saya tentunya sehingga Ia memberikan saya ujian kembali. Mungkin untuk kalian yang belum tahu atau sudah tahu sebagian dari cerita kehidupan saya, semoga tulisan ini bisa menjadi bahan pemikiran  bahwa hidup itu adalah tentang bersyukur.

 

Saya mulai dengan proses ketika Allah menjatuhkan saya di titik terendah untuk pertama kali. Waktu saya kelas 3 SMA, saya pernah punya mimpi yang saya tuliskan “Kuliah S1 di NTU” (sungguh ini mimpi yang menurut saya paling besar untuk ukuran saya waktu itu). Waktu itu mental saya terbentuk oleh buku pengembangan diri sementara teman-teman saya asyik dengan novel. Salah satu buku yang saya baca adalah karya Merry Riana Mimpi Sejuta Dollar (which is Merry Riana adalah alumni NTU). Jaman kelas 3 SMA, saya termasuk yang anti mainstream karna sok-sok an pengen kuliah di luar negeri padahal pinter aja belum.

 

Proses perjuangan mimpi saya ini cukup panjang dan yaa begitulah.

 

Proses pertama adalah seleksi administrasi, mengisi form online dan mengirimkan berkas seperti (scan rapor, ijazah SMP, Akte dkk). Semua komunikasi melalui email. Kemudian selang beberapa minggu, tibalah pengumuman seleksi berkas. Saya datang ke warnet dekat sekolah yang internetnya cukup cepat (kala itu). Jeng-jeng “Congratulation, See You at Examination test”, dalam hati alhamdulillah.

 

Sebelumnya saya terganjal restu orang tua untuk kuliah di Singapura, sampai beberapa waktu selepas pengumuman berkas ini Ibu saya mulai legowo dan menyiapkan saya untuk mengikuti examination test. Karna saya percaya bahwa “When There is a Will there is a Way”.  Saya berusaha untuk mencari dosen yang bisa mengajari saya menyelesaikan soal ber gepok-gepok hasil tanya senior yang sudah kuliah di NTU. Akhirnya saya dapat satu yang bisa mengajarkan saya fisika, karna menurut saya inilah yang paling menakutkan. Jarak kosan saya waktu SMA sama jarak rumah beliau ini cukup jauh, kalau tahu daerah solo dari Jagalan ke Palur. Dan rumah beliau ini masih masuk gang sekitar 2km, mana nyebrangin jembatan yang ada pohon beringin gede banget di tengahnya lagi kan serem. Kebetulan saya dapat jadwal itu hanya 1 bulan sebelum examination day dan malam hari jam 7-9. karena memang beliau ini sangat-sangat penuh jadwal lesnya.

 

Saya dapet jatah ujiannya bahasa inggris (seinget saya bahasa inggris ini full writing), Matematika dan Fisika. Untuk matematika saya meminta guru saya untuk menambah jam khusus bagi saya. Dan beliau super baik sekali, terima kasih pak Japar 🙂

 

Well, akhirnya saya melewati examination day dua hari di Jakarta tepatnya di Jubilee School. Momen yang paling saya ingat adalah ketika semua teman satu kelas saya menyempatkan waktu untuk mendoakan kelancaran saya :”) *saya terharu sungguh*

 

Sayangnya, apa yang saya usahakan. Semua proses dan jerih payah saya ini dibayarkan oleh Allah dengan “Thank You for your effort” 🙂

 

Semanis thankyou yang saya baca dari email itu, saya menghancurkan harapan terbesar ibu dan bapak, pak Japar, teman satu kelas, dan semua orang yang sudah mengharapkan saya untuk diterima 🙁

 

Saya terpukul sungguh terpukul dan benar-benar terpukul, saya merasa depresi saya marah, saya kecewa, saya benci dan hal ini membuat saya mogok belajar untuk UN dan sebenarnya saya juga tidak mengisi di SNMPTN (banyak yang bilang ini kesalahan terbodoh).

 

Jujur, sebenarnya cerita NTU ini tidak pernah berani saya ceritakan ke siapapun sampai sekitar semester 6. Sampai saya benar-benar siap menerima kenyataan pahit itu.

 

Selepas semua pukulan ini, yang trauma bukan hanya saya tapi juga tentunya ibu saya. Ibu saya jatuh sakit divonis tumor kelenjar getah bening. Tepat di hari ujian hari senin, ibu saya operasi besar pengangkatan tumor. Lucunya, ibu saya tidak pernah cerita sedikitpun bahwa beliau sakit sampai saya melihat hasil lab dari rumah sakit. If you know how I was feeling 🙁

 

Sekarang, setelah melewati masa sulit itu dan keluarga saya sudah mulai kembali normal untuk beberapa saat. Allah memberikan ujiannya lagi 🙂

 

Luar biasa, sepertinya Allah begitu sayang sama keluarga saya. Ditengah kakak saya yang belum lulus kuliah kami digoyangkan dengan perekonomian keluarga. Beberapa kesempatan memang bapak saya sakit. Namun kali ini, sakitnya tidak seperti biasanya. Saya harus menyaksikan bapak saya yang dulunya sangat-sangat kuat dan tegar, harus terbaring lemah diatas klinik dan bukan rumah sakit yang memang mampu menangani lebih, tapi hanya itulah yang bisa kami sekeluarga usahakan *mulai netes kalo inget*

 

Dan lagi-lagi setelah sakit 1 minggu dan mogok makan, ibu saya baru memberi tahu hal itu. Hari itu juga saya benci sebenci bencinya sama diri saya sendiri. Kenapa saya gak peka, kenapa saya gak sadar kalo disuruh pulang itu berarti di rumah lagi ada apa-apa? kenapa saya cuman ngurusin kehidupan saya disini, kenapa saya gak mikirin ibu bapak yang udah tua, udah capek bakar keringet dan nyariin duit buat sekolah.

 

Saya buru-buru pulang dan merawat bapak saya untuk beberapa hari semampu dan sebisa saya. Alhamdulillah cukup membaik. Rabu pekan lalu saya pulang lagi untuk menengok Bapak, dan yang saya temui adalah bapak yang benar-benar mengangis karna merindukan saya. Menginginkan saya didekatnya. Tapi apa yang saya mampu berikan untuk bapak?

 

Kepulangan saya bukan hanya untuk menengok bapak, tapi lebih karena saya lelah dengan semua yang saya usahakan namun Allah belum memberikan jalan terangnya untuk saya. Saya merasa gak kuat dan saya butuh ibu dan bapak untuk menghapuskan lara saya ini.

 

Saya menangis sejadi-jadinya dibawah ibu saya. Saya ceritakan semua kekecewaan saya, saya ceritakan semua yang saya usahakan disini. Semua hal yang saya harapkan dan yang telah mengecewakan saya cukup dalam. Tapi luar biasanya ibu saya menjawab dengan nasihat “Bersedekahlah nak”.

Tidak pantas kamu menangisi nasibmu, kamu tidak dilahirkan untuk mengurusi nasibmu. Serahkan semuanya sama Allah, gakusah nangis. Allah pasti siapin yang lebih, lebih lagi. Liat orang-orang dibawahmu, janngan melihat teman-temanmu yang diatas. Sedekahlah di pagi hari, ucapkan rasa syukurmu dengan berbagi. Dalam keadaan apapun, apapun. Semampu dan sebisamu.

Dan memang beginilah dari dulu ibu saya menguatkan saya. Ibu lah yang menguatkan saya untuk bangkit dan mencari tempat kuliah yang terbaik untuk saya dan sekarang ketika saya ditempa begitu hebatnya Ibu lah yang membuat saya tidak pernah menyerah.

 

 

I don’t know, how can I did it without you Ibu

Ini Hanya Persoalan Waktu

Baru-baru ini lagi booming video atau tulisan yang berisikan seperti ini:

Waktu New York 3 jam lebih cepat dari California tapi bukan berarti waktu di California lama, atau waktu di New York lebih cepat. Kedua2nya berjalan sesuai dengan waktu nya masing2.

Ada yang sudah jdi CEO diumur 25 dan kemudian meninggal diumur 50, ketika yang lain baru jdi CEO diumur 50 dan hidup sampai umur 90 (Kolonel Sanders KFC dan Watson IBM). Setiap org punya jalannya masing2 berdasarkan Time zone nya.

Ada org yg masih jomblo. Ketika ada org yg sudah menikah dan menunggu 10 tahun sblm punya anak. Padahal ada org lain yang sudah punya anak di satu tahun pernikahan mereka.

Ada yang wisuda diumur 22 tahun, tapi memilih menunggu 5 tahun sblm mencari pekerjan yang pas/cocok. Disisi lain, ada yg baru wisuda diumur 27 tahun dan sudah langsung punya pekerjaan.

Obama pensiun pada usia 55, Trump baru menjabat di usia 70.

Teman kerja, sahabat, bahkan yang lebih muda darimu bisa jadi terlihat satu langkah lebih maju darimu. Dan beberapa bahkan ada yang kelihatan lebih lama darimu.

Setiap org memiliki apa yang dia inginkan, hanya pada fase nya masing2.

Setiap org di dunia ini berproses pada fase nya masing2, lahannya masing2, dan bidangnya masing2.

Waktulah pembedanya.

Indah pada waktunya

Waktunya Tuhan?.

Ingin mencoba untuk membenarkan dan berkaca pada diri sendiri untuk selalu bersyukur dan bersyukur. Setelah sekian cobaan yang dilewati walaupun dengan hasil yang belum sesuai harapan. Mulai dari berjuang mati-matian buat nyari tema P*M yang feasible dengan proses yang cukup tersakiti dengan sedikit masalah yang muncul, tapi ujungnya gak lolos. Atau perjuangan mendaftar beasiswa tugas Akhir tapi ujungnya di tes psikotes tapi gak lolos juga. Atau cobaan lain yang orang lain juga gakperlu tahu lagi. Rasanya untuk menyerah sudah bisa menjadi pilihan. Tapi gatau kenapa Allah ngasih aku ibu yang luar biasa, datang disaat yang tepat menenangkan hati dan mengingatkanku bahwa Allah selalu punya rencana indahnya.

 

Bahwa semua ada waktunya, dan mungkin bukan tahun ini rejekinya. Dan mungkin Allah udah siapin ‘nikmat’ yang lebih agung untuk disyukuri dan pantas untuk aku dapatkan.

 

Jujur, sekarang yang menjadi fokus adalah menyelesaikan skripsi sesuai dengan target, sesuai dengan waktunya. Udah mulai gak mikirin cowok lagi, bahkan sudah mulai ikhlas dengan masa lalu dan mencoba untuk melupakan karena mungkin memang belum berjodoh, to be honest saya gak melihat ada perjuangan untuk bersama jadi memang bukan orang yang tepat.

 

Oke, kembali lagi. Jadi postingan diatas itu, cukup menjadi penyemangat diri sendiri bahwa aku punya waktu aku sendiri. Punya waktu yang aku rancang sendiri, boleh jadi ketika lulus nanti akan ada teman yang langsung melanjutkan S2, sementara aku akan mencari karir dan menghidupi keluarga at least 2-3 tahun lah baru bisa S2 (itupun kalo dapet rejeki). So, sekarang udah mulai yaudahlah biarkan tangan Allah yang jalan. Toh, kalau bukan rejekinya mau dikejar kayak gimana juga gak bakalan dapet. Mencoba untuk mensyukuri apa yang dipunyai sekarang, keluarga yang utuh, cobaan yang mendewasakan, teman yang menguatkan, kegiatan yang menguras emosi. Alhamdulillah

 

 

Ps ditulis ditengah kepasrahan mendekati tawakal bahwa Allah tidak pernah tidur dan skenarionyalah yang paling indah.

Mundurnya Moral dan Tertawanya Penjahat

Jika kamu membaca headline news beberapa hari terakhir, rasanya sedih miris pilu dan entah gatau kenapa bangsa ini begitu terlihat buruk. Awalnya saya hanya mencoba untuk menutup mata dan tidak ingin menanggapi apapun. Tapi, apalah daya tanganku mulai mengetikkan kesedihan pada bangsa ini.

 

Sudah beberapa kali saya sampaikan bahwa media memiliki peran yang sangat penting di kalangan masyarakat, yang akan menggiring opini publik, yang akan merangkai sebuah pandangan bagi masyarakat Indonesia. Satu pertanyaan besar bagi rekan media terutama jurnalis dan jajaran tinggi perusahaan besar di Indonesia ini.

 

Sebegitu membutakankah uang di matamu wahai bapak ibu, mas mbak? Sampai bangsa ini kamu gadaikan moralnya dengan tulisan dan tayangan serta opinimu ini.

 

Tentunya tidak semua kalangan media melakukan hal yang sama, karena masih banyak yang mampu memberikan opini yang positif. Kenapa saya katakan positif? Positif karena tidak memperkeruh keadaan dengan memberikan opini yang sama sekali tidak menyelesaikan masalah justru memanfaatkan situasi untuk kepentingan pribadi. Tentu pula, saya minim ilmu dan masih terlalu berani mengutarakan pikiran saya disini. Tapi saya jengah, saya bosan. Apalah semua isu itu, aksi damai membela islamlah, aksi turunkan Ahok lah, Pelarangan ibadah di tempat umumlah, Boikot Sari roti lah, Protes baliho universitas yang ada mbak-mbak pake kerudunglah. Astagfirullah, istigfarlah wahai bapak-ibu, mas-mbak.

 

Beginikah hasil pelajaran toleransi antar umat beragama? Saya rasa sejak saya kecil saya gak pernah tuh diajarkan untuk melarang agama lain beribadah, Allah menyuruh umatnya untuk berbuat baik kepada tetangga walaupun berbeda agama.

 

Lagi nih, sari roti itu enak woi. Kamu kalau mahasiswa kos yang misal dapet ujian pagi terus gak sempet ke warung beli sarapan. Sari roti itu penolong woi, ngapain di boikot? wong gak ada daging babinya juga.

 

Ngelus dodo sih, semoga Allah membukakan pikiran beberapa orang ini dan kembali ke jalan yang benar ya Allah aamiin.

 

Sejujurnya kalau masalah politik daridulu saya selalu menghindar dari perdebatan. Kenapa? karena bagi saya ketika kamu mampu tetapi kamu memilih untuk menghindari perdebatan karena ingin menjaga keharmonisan itu jauh akan lebih baik.

 

Buat yang mungkin masih menyalahkan atau merasa kecewa dengan pemerintahan yang sekarang, saya rasa wajib bercermin terlebih dahulu. Bagian mana sih yang gak setuju tuh bagian mana? kebijakan mana? sikap mana? yakin itu gak sesaui sama yang seharusnya? Orang yang duduk di pemerintahan sana tuh kerjanya juga bukan cuman bukain instagram, online facebook doan woi. Mikirin negara itu gak kayak mikir besok mau makan apa yaa? gak sesederhana itu. Kalau ada tokoh politik yang gak sesuai dengan kinerja yang diharapkan, mereka pasti dapet ganjaran sendiri kok, selow jha.

 

Saya tuh sebenernya udah gak sabar pengen liat bangsa ini besar, beneran besar loh yhaa bukan omong kosong besar tapi otaknya kopong. Banyak perubahan dan pergerakan positif yang dilakukan orang-orang yang memang beneran mikirin bangsa ini. Saya jengkel kenapa harus ada segelintir orang yang malah menjadi batu sandungan untuk bangsa ini sih.

 

Kadang saya tuh mikir, kalau ada yang suka protes ini itu. Lha mbok sana gantian jadi yang mimpin. Dikira mimpin Indonesia itu kayak main lego po?

 

Yuk, mulai berpikiran lebih positif. Dimulai dari diri sendiri dengan tidak mudah termakan berita di media dan mencari kebenaran sebuah berita sebelum menyebarluaskan opini 🙂

“SINERGI”kan Jiwa

Hari ini instagram saya dipenuhi dengan foto berbagai kelompok SINERGI, apa itu sinergi? | Sinergi adalah salah satu tugas 4 matakuliah yaitu Metodologi Penelitian, Konversi Energi, Kewirausahaan Berbasis Teknologi dan Teknik Kehandalan.| Kebayangkan bagaimana tugas ini?

Karena semuanya meng-upload di social media dengan berbagai macam captionnya. Saya sedari awal berniat ingin mengabadikan tugas ini disini. Melalui tulisan ini saya akan menceritakan apa yang saya rasakan dari tugas ini 🙂

Sebelumnya, saya pernah mengepost di blog saya http://lisafitasari.blogspot.com mengenai tugas Optika, Elektromagnetika, Pengolahan Sinyal dan Biofisika. Kali ini saya akan memberikan testimoni dan cuarahan hati tentunya mengenai tugas yang special ini 🙂

Bagi saya, tugas ini adalah sebuah ajang untuk mengasah pemikiran menemukan ide dari hasil kuliah selama 7 semester untuk Indonesia. Ya, Indonesia.

Karena kami mahasiswa Teknik, bidang kami adalah rekayasa. Maka kami mencoba untuk memberikan segala hal yang kami fahami, segala hal mengenai mata kuliah dari semester 1 sampai semester 7. Tugas ini tidak ringan, selain harus menyatukan 30an kepala dari dua angkatan yang berbeda dan dari berbagai latar belakang serta pengalaman yang berbeda. Jelas ini sebuah tantangan tersendiri. Saya tidak ingin memutar kembali, karena bagi saya semuanya sudah tersimpan manis dan terbungkus rapi dalam jiwa saya 🙂

 

Bagi saya, semua tugas memiliki esensi masing-masing. Termasuk tugas ini, jujur saya tidak menduga dengan adanya penutupan dari Bapak Susetyo Hario Putro dan Bapak Rachmawan Budiarto, sebenarnya masih ada satu dosen lagi yaitu Bapak Haryono atau HBS (yang wifinya sering saya jarah kalau mampir ke ruangan sebelah wkwkwk *maaf ya pak, sekarang sudah tidak akan saya jarah lagi karena sudah punya router sendiri ehe*) namun beliau tidak bisa menemani sampai akhir presentasi. Penutupan kali ini ditutup dengan quote dari pak Sus

… Bahwa kita punya janji, janji untuk Indonesia…

Kemudian diputarkan lagu Indonesia Pusaka (https://www.youtube.com/watch?v=jl81dF6PpqU), sebetulnya untuk lagu satu ini saya merasa masih standar, bukan berarti meremehkan, saya merasa masih biasa saja seperti mendengarkan lagu nasional lainnya di kala menemani teman-teman GMCO tampil di wisuda. Tetapi yang membuat saya benar-benar meneteskan air mata adalah lagu Hymne Gadjah Mada (https://www.youtube.com/watch?v=IqUV9C4tf9A). Sontak, semua mahasiswa berdiri dan menyanyikan lagu dengan penuh kekhusyukan dan tidak sedikit yang meneteskan air mata (termasuk saya). Bagi saya pribadi lirik Hymne Gadjah Mada ini sangat dalam. Mengingatkan saya mengenai tujuan saya hidup ini untuk apa.

 

Dulu, ketika MABA saya merasa hymne ini biasa saja, sama seperti Mars dikala SMA. Tapi rasa itu berubah, berubah semenjak saya merasakan berbagai tempaan di UGM ini. Membuat saya kembali memikirkan mimpi-mimpi yang saya goreskan di dinding kamar saya, untuk dikoreksi ulang. Sudahkah saya mencantumkan Indonesia disana? Sudahkah saya memikirkan rakyat yang nasibnya tidak seberuntung saya? Sudahkan saya memikirkan orang disekitar saya yang mungkin belum sempat merasakan indahnya belajar di UGM?

 

Hal ini, jelas membuat saya meneteskan air mata. Bahkan saya merasa tidak kuat menyanyikan bait kedua karena air mata cukup banyak membanjiri muka saya. Tetapi, bagi saya air mata itu hanya akan sia-sia kalau saya masih egois memikirkan mimpi saya sendiri tanpa menengok bangsa ini. Egoislah saya, yang masih menaruh mimpi mengemban pendidikan di UGM ini namun dengan santainya saya hanya bermimpi kecil. Mimpi saya harus besar dan tajam. Besar mencakup setiap elemen bangsa ini, tajam memahami setiap segi kehidupan bangsa ini. Memahami apa yang benar-benar dibutuhkan bangsa ini. Bukan menuruti kemauan saya bekerja dengan gaji yang besar dan menikmatinya untuk keluarga saya sendiri. Terlalu egois dan menyisakan kenihilan dalam hal kebermanfaatan hidup.

 

Mudahnya, sayapun juga mau setiap orang di bangsa ini bisa makan. Sesederhana misi seorang Yansen Kamto yang coba saya terapkan pula. Saya pun juga ingin, bangsa ini bisa makan. Sederhana bukan? hanya makan.

 

Tapi mungkin, tidak setiap orang mampu memahami bahwa banyak dari bangsa ini yang tidak bisa makan.

 

Saya tidak akan serta merta memberikan makan, dan selesai. Saya juga tidak menginginkan itu. Semuanya harus berkembang, dan bukan dengan uanglah mereka belajar (mungkin saya dan pembaca juga). Haruslah berkarya. Sekecil apapun karya yang bisa diberikan untuk bangsa ini adalah sesuatu yang sangat berharga. Seperti misalnya pada tugas SINERGI ini, banyak hal yang menurut saya adalah sebuah ide yang cemerlang. Ide yang patut untuk direalisasikan, ide yang telah mengalami analisis mendalam. Sebuah ide yang bukan hanya omong kosong. Dan bukanlah sebuah ide yang hanya keren-kerenan saja tanpa menyelesaikan MASALAH (sanggah saya jika ada kelompok yang tidak memberikan solusi pada permasalahan yang terjadi di bangsa ini).

 

Kemudian tulisan ini saya tutup dengan segala rasa syukur kepada sang pencipta. Bersyukur saya masih memiliki kehidupan yang beruntung seperti kuliah di UGM ini. Bersyukur saya masih disadarkan untuk selalu mengoreksi ulang mimpi-mimpi di tembok harapan itu. Bersyukur selalu diingatkan dengan cara yang paling indah, untuk selalu mengingat bangsa ini. Bukan hanya duduk diam dan menerima kodrat kewanitaan saya. Karena bangsa ini sudah bukan lagi tempat wanita yang hanya diam dan tidak berkarya. Karena bangsa ini membutuhkan kontribusi nyata dari pemudanya. Saya bersyukur, alhamdulillah 🙂

Another Scene

While we are crowded by many activities, another scene created by God. Akhir-akhir ini mendapatkan kesempatan untuk sibuk dan memperjuangkan apa yang hendak dicapai. Terbesit keinginan akan berbagai hal indah, namun selalu kembali untuk bersabar dan terus tawakal.

 

Seminggu kemarin, terkena herpes di leher yang mengakibatkan off sementara dari aktivitas. Walaupun sempat kesal karena tidak bisa produktif, tapi saya percaya Tuhan punya rencana lain. Hari ini saya, memulai aktivitas dengan berhasil bangun pagi (sebelumnya saya kena sindrom PMS, yaitu salah mengintepretasikan waktu, sehingga bangun jadi siang benget).

 

Hikmah yang ingin saya bagikan adalah mengenai keinginan untuk hijrah ke jalan yang lebih mulia. Hari Rabu lalu 02 November 2016, ibu saya datang ke Jogja menyambangi saya yang tak berdaya di kamar kosan. Kalian tahu apa yang saya rasakan? | Penuh, sesak dengan buncahan rindu yang mendalam.

 

Kemudian perlahan saya mengutarakan semua cerita kecil dan harapan-harapan saya untuk hidup ini.

Saya katakan:

“saya ingin melakukan banyak hal, saking banyaknya saya gatau sebutan apa kelak untuk saya kalau saya sudah meninggalkan study saya (re: LULUS)”.

Secara sederhana ibu saya hanya menjawab dengan doa:

“semoga sukses selalu”

Lirih saya katakan:

“aamiin”

 

Hal klise yang saya yakin semua orangtua juga telah melakukan kepada anak-anaknya. Tapi, bagi saya ini kunci yang menentukan bagaimana  saya membangun kepercayaan diri. Bagaimana saya menguatkan diri saya untuk menapaki jalan yang direncakan Tuhan. Bolehlah kita berencana tapi percayalah rencana Tuhan akan selalu lebih membahagiakan 🙂

 

Kenapa saya katakan saya ingin berhijrah ke jalan yang lebih mulia? | Baiklah, saya akan menjawab dengan rinci dan cukup detail silakan persiapkan nafas dan niatan yang panjang. Begini, dalam percakapan yang cukup panjang antara saya dengan ibu saya. Ada beberapa harapan yang juga diutarakan oleh ibu saya, apa itu? sederhana, beliau menginginkan saya kembali ke jaman SMP saya yang rajin melaksanakan ibadah dhuha, rajin puasa senin-kamis dan rajin berzikir memohon ampunan sekaligus doa kepada Allah SWT. Sederhana bukan? Hal itu mudah harusnya, karena saya pernah berhasil melakukan itu di masa lalu. Tapi kenapa? kenapa saya sekarang tidak berhasil melakukannya? Nah itu.

 

Saya terlalu terlena dengan dunia ini, saya terlalu sibuk dengan berbagai aktivitas duniawi. Saya lupa bahwa dunia ini akan menjadi bekal saya kelak di akhirat. Tetapi saya bersyukur masih diberikan kesempatan untuk memiliki niatan hijrah ke jalan yang lebih mulia.

 

Bagi saya, setiap hari adalah jalan menuju perubahan, sebuah langkah hijrah. Setiap hari adalah pembelajaran, setiap hari pula adalah hari yang dipenuhi dengan rasa syukur. Bagi saya pula, masih memiliki kesadaran untuk selalu introspeksi diri adalah sebuah nikmat. Karena setiap nafas adalah nikmat-Nya juga 🙂

 

Terbesit dalam sekali keinginan untuk benar-benar melakukannya. Saya benar sekali ingin kembali ke masa ketenangan (tenang dalam hal, percaya bahwa rencana Tuhan tidak pernah meleset). Ketika semua hal duniawi saya serahkan semuanya kepada-Nya, maka benarlah saya mendapatkan semua hal baik dari-Nya.

 

Pagi ini seperti biasa saya digunduki dengan berbagai pikiran, dan kadang saya merasa saya jauh dari-Nya. Jauh begitu jauh sampai saya rasanya tidak mendapatkan nikmat untuk selalu dekat dengan-Nya. Saya rindu, sangat rindu dan benar-benar rindu. Saya sekarang adalah hasil akumulasi dari kekecewaan kecil saya kepada-Nya kemudian saya berpaling dan melupakan hak-Nya. Padahal Tuhan tak pernah tidur mengurusi saya.

 

Saya katakan saya ingin kembali dekat dengan-Nya 🙂

Sumpah Pemuda

28 Oktober 1928, pemuda mengumandangkan sumpahnya untuk Indonesia. Tentunya dengan harapan Indonesia yang lebih baik.

Kami Putera dan Puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia

Kami Putera dan Puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia

Kami Putera dan Puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

Makna sumpah pemuda dikala itu sangatlah mendalam, pemuda Indonesia mendeklarasikan dirinya sepenuhnya untuk perjuangan Indonesia. Lalu, apa yang dilakukan pemuda sekarang?

Jangan engkau tanyakan apa yang Indonesia berikan untukmu, tapi tanyakan apa yang engkau berikan untuk Indonesia

Sebelum beranjak ke intinya, marilah kita kembali ke dasar. Kenapa pemuda, dan apa definisi pemuda?

Bagi saya pribadi pemuda itu kita-kita yang secara usia maupun pemikiran sudah dapat membedakan mana yang benar mana yang salah. Jadi kalau ada anak berusia 5 tahun tapi ia sudah bisa membedakan mana yang benar mana yang salah sudah bisa dibilang pemuda. Pun sebaliknya kalau sudah tua berusia 50 tahun tapi masih memiliki sebuah keinginan untuk berkarya tetaplah dianggap pemuda. Jiwa muda adalah sesuatu yang terus bergejolak seolah tiada obor yang pernah padam darinya. Jangan katakan dirimu pemuda kalau mimpi saja hanya seukuran biji jangung. Bermimpilah yang besar karena besarnya suatu negara didasarkan pada besarnya mimpi pemudanya.

Apa mimpi yang besar itu? Mimpi yang orang lain sempat menertawakanmu, dan dunia berkata tiada mungkin untukmu. Disaat itulah mimpi dikatakan besar. Kalau belum ada orang yang menertawakan mimpimu artinya mimpimu masih di zona zamanmu. Keluarlah dari box dan berfikirlah seolah tiada box. Liarlah dengan imajinasi mimpi, jangan berhenti kalau belum sampai. Jatuh itu pasti, tapi bangkit itu pilihan. Malu itu salah satu bagian dari resiko, tapi pencapaian adalah kado terindah 🙂

 

Sekarang, momen sumpah pemuda ini hanya akan menjadi hari biasa bagi pemuda yang difikirannya saja tiada terlintas nasib bangsa Indonesia. Indonesia itu besar kenapa besar? penduduknya banyak coy, banyak yang harus dibenahi dari Indonesia. Di luar negeri sana, setiap langkah menghadapi masalah sudah ada solusi yang siap digelontorkan. Di Indonesia? banyak masalah, tapi solusi nyata belum ada. That’s why, hai kita-kita yang mengaku pemuda. Lihatlah Indonesia, bukan hanya lihat keindahan alamnya. Lihat manusia yang meninggali Indonesia. Lihat bagaimana kehidupan berjalan di Indonesia. Kamu melihat masalah di sekitarmu? action. Lakukan perubahan, berikan solusi. Solusi gak harus keren-kerenan, intinya solusi itu menyelesaikan masalah.

 

Sekarang, mulai berfikir pada masalah apa yang ingin diselesaikan. Jangan semuanya, otakmu gak muat. Kasihan. Cukup pikirkan satu masalah yang sudah jelas tahu latar belakangnya dan kamu memiliki bekal untuk menyelesaikannya. Pikirkan solusi yang paling mudah. INGAT PALING MUDAH. Karena yang paing mudah, lebih menuju ke hasil yang ingin dicapai.

 

Untuk mencapai tujuan, kembangkan jaringan perkenalan. Jangan puas dengan pertemanan yang hanya satu jurusan atau satu fakultas bahkan satu universitas. Kembangkan seluas-luasnya, Indonesia butuh solusi yang mendunia. Bukan solusi yang men-jurusan. Haha

 

Gimana caranya punya jaringan yang bagus? pertama-tama adalah jadilah ramah. Karena orang ramah tak akan ditolak di lingkungan manapun. Ikutilah komunitas yang menarik bagimu, tapi ingat komunitas tidak boleh menghalangimu ke tujuan utamamu. Harus pandai memilah dan memilih untuk investasi pertemanan masa depan.

 

Yang terakhir yang ingin saya sampaikan, ada sebuah quote menarik dari dosen saya kemarin.

Jika engkau ingin menggapai matahari, maka gapailah (HBS,2016)

sekian, selamat berakhir pekan 🙂